Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Menjadi atau Mendampingi Seorang Pemimpin




Terkadang kita hidup hanya sebatas untuk mencari kebahagiaan. Lupa bahwa nyaris semua orang juga sedang mencarinya. Idealnya semakin banyak yang mencari, maka semakin mudah bahagia itu ditemukan. Namun nyatanya tidak, yang dicari semakin sembunyi lantas yang mencari semakin tidak tahu diri.

Kalau kita menuruti keinginan, hingga sampai dunia ini dibubarkan oleh Sang Pencipta, kita tidak akan merasakan puas. Sebab puas hanya akan terbayar dengan syukur dan rasa terima kasih.

Satu hal yang kemudian melatarbelakangi saya menulis sedikit pemahaman ini, berawal dari pengamatan saya terhadap manusia-manusia yang tinggal di bumi, lalu dengan rakusnya meributkan tahta. Hampir semua orang kini berlomba-lomba mendapatkan gelar, berlomba-lomba menjadi pemimpin dengan dalih apapun.

Bagaimana jika ternyata pemimpin itu adalah kasta paling hina dalam peradaban, masihkah ada yang mau menunjuk dirinya sendiri atau rela ditunjuk menjadi seorang pemimpin. Kalau semua orang sadar bahwa pemimpin bukan hanya sekedar tahta, maka saya rasa tidak akan ada munafik yang menjual nama Tuhan untuk kepentingannya.

Pemimpin adalah orang yang diberikan tanggungjawab besar, selayaknya harus berkiprah besar. Pemimpin adalah orang yang diberikan amanah berat, mengurus kepentingan pengikutnya. Saya tidak sepakat jika kemudian lahir pemimpin yang dengan tahtanya dia berani bersenang-senang sementara ada kaumnya yang tidak bahagia, sungguh berat menjadi pemimpin. Pendamping seorang pemimpinpun saya rasa tidak semudah menjadi orang yang biasa saja, sebab lalainya pemimpin idealnya terkontrol oleh pendampingnya.

Lagi-lagi kita hanya bisa menasehati diri sendiri, terkadang memang apa yang kita inginkan tidak semua harus dipaksakan, tidak semua keinginan itu untuk sekedar terwujud. Dibalik itu semua, kita memiliki tanggung jawab besar, yakni laporan pertanggungjawaban kepada-Nya yang kita tidak pernah tau kapan persis Tuhan memintanya.

Mungkin di hari ini ada yang sedang takut menjadi atau mendampingi seorang pemimpin. Tak perlu ku beri tau, kau sudah tau siapa orangnya.