Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Pemilik Hati Yang Tak Dimiliki


Sang pemilik hati berkeinginan untuk dimiliki dengan tulus dan ikhlas, namun tak ada yang ingin memilikinya.

Sang pemilik hatipun tak berputus asa, perlahan dia berusaha menjadikan hati yang dia miliki agar ada yang ingin memiliki.

Perjalanan hidup sang pemilik hati tak mudah, karena dia harus melewati beberapa ujian dan cobaan yang datang menghalang perjalanannya dalam menyempurnakan hati untuk bisa dimiliki.

Dalam menempuh perjalanan itu sebuah kebahagiaan yang datang menghampirinya. Ada seorang gadis yang mencoba ingin memiliki hatinya. Sang pemilik hati dengan senangnya mencoba membuka hati yang sejak lama tak ada pemilik.

Wanita itu berhasil untuk memiliki hati dari sang pemilik hati. Dalam perjalanan kebahagiaan mereka, keduanya saling melengkapi dalam kekurangan, saling mengisi dalam kekosongan. Suka duka, sedih bahagia, selalu di lewati bersama.

Tibahlah saat dimana keduanya harus terpisah dengan alasan yang sang pemilik hatipun tak bisa menjelaskannya.

Kebimbanganpun datang menghampiri hati wanita itu, dan tanpa memimirkan akibat kedepan maka sang wanita mengambil keputusan untuk membuka hati dan menerima seseorang sebagai pengganti dan mengisi hati yang sedang gelisah itu.

Meskipun tanpa perasaan sang wanita menjalani hubungannya dengan lelaki baru itu.

Tiba saat di suatu tempat dimana sang wanita berada dan tanpa dia sadari ada seorang lelaki berada dihadapannya yang membuat hatinya bergetar. Muncul pertanyaan dalam hati sang wanita "diakah pemilik hati yang sebelumnya?" 

Sang lelaki kemudian menghampiri wanita itu dengan senyuman seperti awal mereka bertemu.

"Hay??" Sang lelaki menyapa, Sang wanita tak bisa berkata apapun dia hanya bisa diam dan terpaku memandangi sosok pemilik hati yang sempat singga di hatinya, dan tanpa sadar ada tetesan air mata yang mengalir dipipinya yang lembut.

Dengan spontan lelaki mengulurkan tangannya dan menghapus tetesan air mata di pipi wanita itu, dengan kalimat sederhana yang lelaki ucapkan "jangan sesekali meneteskan air mata untuk hal yang tak penting"

Sang wanita menundukkan kepalanya dan berucap "maaf", itulah kata yang mampu dia ucapkan saat itu.

Sang pemilik hati kembali berkata "tak perlu meminta maaf sebab ini adalah kesalahanku yang tak menjelaskan kepadamu alasan kenapa aku harus pergi" satu hal yang ingin ku katakan "aku pergi bukan untuk meninggalkan namun menunggu kepastian di ahir kepergianku".

Ternyata sang pemilik hati itu hanya menguji ketabahan dan kesabaran sang wanita saat berada jauh dari dirinya.

Jangan mengambil keputusan jika akal yang mendominasi dari hati, sebab kekecewaanlah yang akan kita rasakan, juga jangan mengambil keputusan saat hati mendominasi akal maka penyesalanlah yang akan kita dapatkan.


Penulis: Didink Mahyun