Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Mencintai Itu Belajar Atau Mengajari ?

Aku tak tahu kapan hari sejati datang lagi. Bukan untuk menutup hari, tetapi menyimak surya dalam keindahan pelangi agar dapat mengumpulkan semua impian bersampulkan kebahagiaan nyata, dan bukan seorang pencari mimpi yang menciptakan dongeng kebohongan belaka. Inilah ceceran cerita dalam lembaran masa lalu, serta kegagalanku dalam menjalani suatu hubungan. Sunguh hal baru untuk kupelajari agar tidak terjadi kesalahan yang sama.

Banyak paragrafku yang mewakili apa yang sebenarnya aku rasakan. Bermula dari seseorang yang ada dalam pikiranku, dia memerintahkan kedua tanganku dan berharap dia bisah bercakap dengan kamu. Semua yang dia ingginkan selalu membuat tanganku bergerak tanpa ada perlawanan dan langsung menuang-tumpahkan apa yang dia rasakan kedalam berandaku.


Aku tak tahu dia berhasil atau tidak. Sebab aku tak bisah melihat dengan kepala mataku sendiri ; kamu yang selalu membaca tumpahan tinta dalam beranda ini atau sebaliknya, kamu biarkan seluruh tintanya melapuk dan dimakan oleh waktu.

Teramat banyak ; sangat - banyak yang ingin aku keluhkan. Tetapi dari seribu warnaku kepadamu, hanya ada satu hal yang selalu kutahu. Yaitu, memantaskan diri dalam mencintaimu.

Pernah setiap yang kuperhitungkan tentang kamu, akan membuat dia menggamuk sampai menghancurkan dan meluluhlantahkan apa yang ada dalam pikiranku. Dan akan ada satu pertanyaan yang paling sering dia tanyakan ketika kami saling beradu debat tentang kamu. “Mencintai itu belajar atau mengajari ?” Inilah pertanyaan sederhana yang selalu saja tak dapat kujawab dan yang selalu membuatku kalah setiap berdebat dengannya.

"Ingat teman, jangan bermain-main dengan perasaan yang sudah susah-payah aku ciptakan." Ucapnya juga dengan mata yang berkaca-kaca sebelum dia menyudahi perdebatan yang membuat isi kepalaku beku dan menjadikan seluruh tubuhku terasa mati suri.

Hal inilah yang membuatku berhenti dan sadar akan keegoisan yang selalu kuhadirkan dalam diriku. Untuk apa juga aku menentangnya? Sedangkan yang dia perjuangkan itu akan menjadi milikku. Mungkin dia yang lebih tahu sehingga dia begitu percaya bahwa kehadiranmu kembali dapat menerangi warna-warna yang telah pudar dalam kehidupanku.

Akan tetapi, ketika aku sadar dan ingin merubah semuanya, aku juga baru terbangun dari mimpi-mimpiku dan menyadari kenyataan yang sekarang sedang kutapaki. Kenyataan bahwa kamu takkan kembali lagi.

Makna yang belum kutahu, meski jiwa bertapa pada hikayatnya, namun ini tentang doa dalam terang dan gelap-Nya. Berharap akan ada rindu yang ku genggam, yang dapat menggembalikan senyum seseorang dalam pikiranku.

Maafkan segala keegoisan dalam sejarah burukku, yang bernegosiasi tanpa bidikan fakta dan tak pernah melirik kedunia nyata. Kamu adalah pengalaman yang menyadarkanku untuk melihat yang salah, beserta guru yang mengajariku cara membaca kebenaran.


Penulis: Zulkifli Otoluwa