Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Cerita Di Tikungan Jalan


Ingatkah teman, ketika kita duduk ngobrol di tikungan jalan. Sering orang yang lewat menjuluki kita pemimpi. Ingatkah? Ketika kita mendapat amanat, kerabat mengatakan kita mengigau?

Pasti kau tak lupa, betapa banyak manusia terluka yang kita lihat dan ingin kita sentuh, namun tangan kita hanya dua. Dunia yang lalu lalang, orang-orang yang terburu memapan, si sisa-sisa yang terbuang, semuanya itu lewat di depan kita. Dan kitapun bertekad akan terus “bermimpi” dan “mengigau”.

Di sepanjang perjalanan, kita lihat ada kawan datang dan kawan pergi. Ada suka menyetubuhi dan duka menghampiri. Namun kita ingin tangan tetap mengepal, walau kadang berhenti sejenak menggaruk rasa gatal.

Ketika matahari menjelang redup barusan, aku bertanya dalam hati, akankah mimpi siang bolong kita akan segera berakhir? Akankah ketika kita bangun hari sudah jauh gelap?

Betapa aku ingin terjadi, bahwa selama ini kitalah yang selalu terjaga dan bahwa banyak orang justru tertidur, namun apa yang kita jaga?
Si orang-orang terlukakah? Atau jati diri dan cita-cita kita?

Impian adalah tenaga bagi setiap orang, orang yang tak punya impian adalah orang yang kering. Aku harap kita selalu bisa dan berani bermimpi, baik saat kita bangun maupun tertidur. Aku harap ada wangsit tenaga untuk merubah mimpi jadi nyata.

Dunia mesin yang mandul bermimpi, akan selalu berusaha merenggut impian. Namun jangan lupa akan aku, teman. Nanti kita ngobrol lagi di tikungan jalan.


Penulis: Awh