Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Gugur Sebagai Lelaki (Puisi)


Aku mati sebagai uap, dan lahir sebagai awan
Aku mati sebagai awan, dan lahir sebagai hujan
Aku mati sebagai hujan, dan lahir sebagai bunga
Lalu menjelma menjadi kupu-kupu.

Aku bisa tertawa begitu lepas, berlarian tanpa alas kaki, hingga rasanya beban tak ada lagi. Waktu pun takkan pernah cukup untuk membicarakan aku. Sebab, warna-warnaku adalah warna kerinduan yang terpendam terhadap muasalku.

Dan ketika aku gugur sebagai kupu-kupu, maka aku resmi menjadi sampah di kehidupan ini. Membusuk sendiri tak bertepi.

Tetapi, kalau ada orang bertanya; siapa kamu yang sesungguhnya? Akan kujawab “Aku pendosa”. Kalau mereka bertanya; mengapa? Akan kujawab “Karena aku lemah”.

Dan setelah semuanya berakhir, mungkin aku juga harus bertanya pada diri sendiri, “Bagaimana mestinya aku menjadi lelaki?”