Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Dampak Polutan Kadium (Cd) Terhadap Ekosistem Perairan

Dampak Polutan Kadium (Cd) Terhadap Ekosistem Perairan - Bahan kimia ini ditemukan oleh seorang ahli berasal dari Jerman bernama Friedrich Stromeyer pada tahun 1817. Diberi nama cadmium diambil dari kata Kadmos, nama pendiri Kota Thebes di Yunani. Kimia ini memiliki nomor atom 48, masuk golongan II-B, memiliki titik didih 765 derajat Celcius dan titik cair 320,9 derajat Celcius.

Kadmium merupakan logam yang sangat penting dan banyak kegunaannya, khususnya untuk electroplating (pelapis elektrik) serta galvanisasi karena Cd memiliki keistimewaan nonkorosif. Zat ini adalah logam berwarna putih, lunak, mengkilap, tidak larut dalam basa, mudah bereaksi, serta menghasilkan kadmium oksida bila dipanaskan.


Kadmium merupakan bahan alami yang terdapat dalam kerak bumi. Kadmium murni berupa logam berwarna putih perak dan lunak, namur bentuk ini tak lazim ditemukan di lingkungan. Umumnya kadmium terdapat dalam kombinasi dengan elemen lain seperti oksigen (cadmium oxide), klorin (cadmium chloride). Kebanyakan kadmium merupakan produk samping dari pengecoran seng, timah. Kadmium yang banyak digunakan berbagai industri, terutama plating logam, pigmen, baterai dan plastik (Achmad, 2004).

Logam berat ini sangat banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari manusia. Logam ini telah digunakan semenjak tahun 1950, sejak ada gerakan revolusi industri di dunia. Hakikinya, penggunaan kadmium adalah sebagai bahan stabilisasi sebagai bahan pewarna dalam industri plastik dan pelapis elektrik. Namun sebagian dari substansi logam kadmium ini juga digunakan untuk solder dan alloy-alloynya digunakan pada baterai (Palar, 1994).

Kadmium yang ada di lingkungan pada kadar rendah berasal dari kegiatan penambangan seng (Zn), timbal (Pb). dapat juga berasal dari emisi industri antara lain dari hasil buangan penambangan, peleburan Zn dan timbal. Kadmium dari hasil sampingan peleburan dan refining bji Zn rata-rata memiliki kadar Cd sebesar 0,2-0,3%. Sumber lain adalah dari penggunaan sisa lumpur kotor sebagai pupuk tanaman yang kemudian terbawa oleh aliran air run off (limpasan air permukaan tanah, ke arah laut.

Kadmium di atmosfer berasal dari pengolahan bahan tambang peleburan, galvanisasi, pabrik pewarnaan, pabrik baterai, dan electroplating. Kadmium di tanah berasal dari endapan atmosfer, debu, air limbah tambang. pupuk limbah lumpur, dan pestisida. Sedangkan di perairan dapat berasal dari atmosfer akan turun ke laut bersamaan dengan air hujan, dapat juga berasal dari buangan hasil tarmbang maupun industri melalui sungai dan akhirnya ke perairan laut.

Masuknya logam berat ini ke dalam organ tumbuhan, karena adanya difusi air ke dalam sel akar. Lewat air itu diangkut menuju bagian tajuk akar melewati jaringan xilem karena adanya tarikan transpirasi. Halmana aliran massa air yang mengandung ion bergerak menuju gradien potensial yang disebabkan oleh transpirasi.

Di perairan sebagai polutan logam berat ini merupakan racun kuat dan bersifat kronis bagi mamalia, ikan dan kemungkinan organisme lainnya. Ikan pada fase telur dan larva lebih sensitif dari pada ikan ukuran burayak atau sudah dewasa. Beberapa riset yang dilakukan di luar negeri, telah melaporkan bahwa beberapa ikan laut teridentifikasi kandungan kadmium ada berkisar 0,03 sampai 0,06 mgl (ppm). Sedangkan yang ada pada Daphnia sebaga makanannya teridentifikasi mengandung 0,005 mg/l.

Kompleksitas komponen kadmium di perairan laut adalah sangat penting diperhatikan, terutama aliran pembentukan jenis ion kadmium yang terjadi, yaitu merupakan fungsi dari derajat keasaman (pHH).

Terpapar akut oleh kadmium (Cd) menyebab kan gejala nausea (mual), muntah, diare, kram, otot, anemia, dermatitis, pertumbuhan lambat, kerusakan ginjal dan hati, gangguan kardiovaskuler, emfisema dan degenerasi testicular (Casarett and Doulls, 2001). Kelebihan logam ini dapat mengakibatkan kerapuhan tulang seperti didapatkan pada penyakit itai itai yang dialami di Jepang saat peristiwa teluk Minamata.

Kadmium merupakan elemen berbahaya bagi tumbuhan dan hewan karena sifat racunnya meskipun konsentrasi rendah. Umumnya kadmium berefek negatif dalam metabolisme yang melibatkan kerja enzim. Kadmium dapat menghambat pertumbuhan benih, perkembangan akar mangrove dan rumput laut, juga polutan ini mampu mutasikan kloroplas tumbuhan dalam konsentrasi tinggi, serta menyebabkan kekurangan indeks mitosis sel akar tumbuhan.