Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Stop Membodohi Petani Sulawesi Utara


Berbicara tentang komoditas Sulawesi Utara, pasti tidak terlepas dengan cengkih dan kopra. Seperti yang kita ketahui bersama, cengkih dan kopra selama ini telah menjadi andalan masyarakat Profinsi Sulawesi Utara. Namun sejak tahun 2018, harga kedua komoditas ini selalu tidak menentu.

Harga jual emas coklat (cengkih) dari petani di Sulawesi Utara sejak awal Agustus 2018 turun dari Rp 100.000/kg menjadi Rp. 95.000/kg, dan terus mengalami penurunan, pada Juli 2019 harga cengkih berada diangka Rp. 76.000/kg, bahkan pada Agustus 2020 harga cengkih terjun bebas dibawah angka Rp. 55.000.

Tahu gak kenapa harga cengkih kian menurun ? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, silahkan saksikan video dibawah ini, karena akan dijawab langsung oleh bapak Gubernur.


Seperti yang saya katakan sebelumnya, selain cengkih, Sulawesi Utara juga dikenal sebagai sentra penghasil produk olahan tanaman kelapa (Cocos Nucifera) di Indonesia.

Produksi kelapa di Sulawesi Utara terbilang besar. Pada tahun 2017, produksi kelapa dari perkebunan rakyat mencapai 255 ribu ton dari luas areal 271 ribu hektar (data BPS Sulut 2018).

Produksi tersebut potensial meningkatkan kehidupan petani kelapa saat panen. Pemanfaatan produk-produk turunan kelapa juga tergolong tinggi. Namun jelang Desember 2018 harga kopra terjun bebas dibawah angka Rp 2800/kg, membuat petani kelapa uring-uringan.

Meskipun harga kopra kini berkibar diangka Rp. 9000, namu masih banyak tanda tanya yang belum dijawab terkait kopra di Sulut yaitu, "Kenapa harga kopranya tidak dinaikan dari lalu ? Kenapa pada saat Mahasiswa aksi terkait harga kopra yang anjlok malah dibubarkan ? Kenapa harga kopranya naik ketika dekat Pemilu ?" Pertanyaan-pertanyaan inilah yang mungkin menjadi kegaduhan petani Sulut khususnya petani kelapa, jangan-jangan ketika pemilu selesai dan orang yang sama terpilih lagi, harga kopranya akan kembali anjok.

Untuk seluruh Petani se-Sulawesi Utara khususnya petani kelapa, jang terpengaruh ne. Biar mo buju deng harga Rp. 15.000 jang suka, karna ini modus gaya baru. So boleh jo tatipu dilima tahun lalu.


Penulis : Zulkifli Otoluwa