Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Mahasiswa Masa Pandemi : Terus Kuliah Atau Berhenti Demi Meringankan Beban Perekonomian Keluarga


Mahasiswa Masa Pandemi : Terus Kuliah Atau Berhenti Demi Meringankan Beban Perekonomian Keluarga - Dimasa pandemi, barangkali banyak mahasiswa dihadapkan pada pilihan: meneruskan kuliah atau berhenti demi meringankan beban perekonomian keluarga yang sedang sulit. Ketika berpendapat, "Sebaiknya berhenti" justru orang tua menyatakan "Tetaplah kuliah. Bagi kami, masa depanmu lebih penting untuk diperjuangkan. Biarlah kita mengurangi jatah makan, asal kamu bisa bergelar sarjana dan membanggakan keluarga kita."

Dilema sebenarnya, disatu sisi perekonomian keluarga sedang terpuruk. Hanya saja, disisi lain kuliah sudah setengah jalan. Mundur juga hancur, terus maju hati terasa sakit melihat orang tua yang kelabakan untuk mencari kerja sampingan agar kebutuhan sandang, pangan dan papan tercukupi selain biaya kuliah anaknya.

Belum lagi saat ini pembelajaran berbasis dalam jaringan, paket data harus ada dan itu pun kerap jaringan internet yang mengulah. Membuat mahasiswa kerap putus asa, karena saat kuliah menggunakan pembelajaran digital kerap tidak maksimal, tetapi sekali lagi, demi orang tua yang sudah berjuang sedemikian rupa, mahasiswa berpura-pura tak ada kendala berarti agar tidak menambah beban pikiran orang tuanya.

Ironisnya, baik mahasiswa dan orang tua kadangkala tak menyadari. Diera sekarang, ijazah dan Indeks Prestasi Komulatif (IPK) tidak bisa dijadikan jaminan mendapat kerja. Akhirnya, sudah kuliah mahal-mahal, hingga rela mengencangkan ikat pinggang untuk menahan lapar demi tercukupi biaya, namun setelah wisuda justru ijazah beserta transkrip Kartu Hasil Studi (KHS) hanya jadi penghias lemari atau dinding kamar, petanda pernah kuliah hingga bergelar sarjana.

Mahasiswa kurang menyadari bahwa kuliah bukan cuma sebatas kos, kantin, kampus. Berhubung asupan ilmu di dalam kelas kadangkala jauh dari harapan untuk membuatnya memiliki keahlian dari jurusan yang digelutinya. Hingga saat lulus, kemudian lamaran kerja ditolak, hanya bisa meneteskan air mata sebab merasa kuliahnya sia-sia.

Penyesalan selalu datang terlambat. Sebelum hal tersebut terjadi, sadarlah kalau kuliah bukan cuma jadi kutu buku, bukan cuma jadi jagoan presentasi makalah, bukan cuma mahir menjatuhkan teman dengan pertanyaan-pertanyaan sulit, sama sekali bukan! Kuliah itu tentang strategi menguasai keilmuan dan keahlian, menjadi akademisi sekaligus praktisi.

Jangan sampai, jerih payah orang tua kalian sia-sia. Sudah dikuliahkan tinggi-tinggi, justru setelah wisuda masih bingung harus bagaimana menata masa depan dengan ilmu yang sudah dipelajari selama bertahun-tahun. Berhubung bila hal itu terjadi akan lebih membebani orang tua kalian yang percaya bahwa anaknya akan memiliki masa depan cerah setelah tamat kuliah.


Penulis : Muliadi Rangkuti