Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Antartika dan Ari Terjun Darah


Antartika adalah salah satu benua yang membentang luas dan di kenal juga sebagai Terra Australia. Nama Antartika berasal dari bahasa Yunani yaitu Antarktikos yang merupakan lawan kata artik atau anti-artik. Benua yang terdapat di bagian Selatan Bumi ini memiliki luas kurang lebih 13.200.000 km2, yang menjadikan Antartika sebagai benua terluas kelima setelah Eurasia, Afrika, Amerika Utara dan Amerika Selatan.

Selain di kenal sebagai Terra Autralia, Antartika juga dijuluki sebagai benua yang berdenyut, kata Encyclopedia Britannica, karena setiap tahunnya terjadi penumpukan dan penyusutan garis pantai terluar yang tertutup es. Pada puncaknya, bongkahan es dapat membentuk lepas pantai sejauh 1.600 kilometer. Perluasan dan penyusutan ini terjadi enam kali lipat pada bongkahan es di Arktik, sehingga Antartika jauh lebih berpengaruh terhadap cuaca global.

Suhu rata-rata tahunan yang tercatat di pedalaman Antarktika adalah -57 °C. Sedang suhu terendah yang pernah tercatat di Stasiun Vostok Antarktika pada tanggal 21 Juli 1983 yaitu -90 °C. Bagaimana dengan suhu terpanasnya? suhu terpanas yang pernah tercatat 15 °C yang direkam pada 5 Januari 1974 di Stasiun Vanda. Angin bertiup dengan kecepatan 320 km/jam yang sering terjadi di Antarktika juga berkontribusi terhadap iklim dingin dunia.

Antarktika berada di wilayah kutub bumi, jadi benua ini hanya menerima sinar matahari dengan waktu yang singkat dalam satu tahun. Tinggi rata-ratanya 2.800 mdpl ini salah satu faktor yang menjadikannya bersuhu dingin. Semakin tinggi suatu tempat, suhu juga akan semakin rendah. Atmosfer Antarktika sangat tipis, hampir 80% sinar matahari dipantulkan kembali oleh lapisan es yang solid.

Kekuatan alam yang sangat hebat di Antartika membuat benua ini jadi mematikan. Tidak ada rumah sakit atau orang yang akan menolong anda jika tersesat atau terluka di sini. Pada tahun 1911 ada beberapa orang yang mampu menjelajah dan mendaki Antartika dengan kakinya, namun pada akhirnya mereka tewas saat pulang. Udara dingin membuat tubuh mereka tak mampu bertahan.

Sampai saat ini tidak ada orang yang menetap di sana, atau bisa dikatakan benua ini 0 penduduk. Meski demikian, beberapa peneliti silih berganti mengamati keunikan Antartika. Hal yang paling unik sepanjang perjalanan peneliti ini, mereka menemukan adanya Air Terjun Darah Antartika.

Misteri air terjun darah di Antartika telah terpecahkan. Sebelumnya, selama bertahun-tahun para peneliti dibuat bingung dengan aliran berwarna merah yang mengalir di atas Taylor Glacier. Air terjun itu pertama kali ditemukan oleh ahli geologi Australia, Griffith Taylor pada tahun 1911. Awalnya, warna aneh pada air terjun itu diyakini karena alga merah.

Pada 2003, hampir 100 tahun setelah Taylor menemukan air terjun itu, para peneliti berteori bahwa air terjun yang berwarna merah itu disebabkan karena oksidasi besi dan air yang kemungkinan berasal dari danau air asin bawah tanah. Para peneliti dari University of Alaska Fairbanks dan Colorado College akhirnya mengonfirmasi oksidasi tersebut dalam sebuah studi yang dipublikasi pada Journal of Glaciology.

Dikutip dari Sfgate, dengan menggunakan ekolokasi (echolocation) untuk melacak aliran air, peneliti menemukan danau berusia 5 juta tahun di bawah Taylor Glacier. Menurut para ilmuwan, ketika air danau keluar ke permukaan, air asin teroksidasi saat bersentuhan dengan udara. Lebih mengejutkannya lagi, air tersebut masih berbentuk cairan meski berada di dalam gletser yang membeku.

"Taylor Glacier saat ini merupakan gletser terdingin yang airnya mengalir terus-menerus," ujar rekan penulis Christina Carr.

Seperti yang di kabarkan National Geographic bahwa danau di bawah gletser itu memiliki konsistensi yang sangat asin. Karena air asin memiliki titik beku lebih rendah dari air murni dan melepaskan panas saat membeku, air tersebut melelehkan es dan memungkinkan sungai mengalir.

Hal tersebut membuat gletser dapat mendukung adanya aliran air. Selain itu Taylor Glacier juga menjadi gletser terdingin di Bumi dengan air yang selalu mengalir. Studi tersebut juga mengukur jumlah air garam kaya zat besi dalam air sungai. Berdasarkan penelitian, kandungan air asin meningkat saat mendekati air terjun.