Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Profil dan Karya-Karya Imam Khomeini

Ruhullah Musawi Khomeini atau yang lebih dikenal dengan sebutan Imam Khomeini

Nama kecilnya Ruhullah (serupa dengan gelar yang diberikan Allah SWT kepada nabi Isa as (QS.4;171). Nama aslinya adalah Ruhullah Musawi Khomeini (selanjutnya disebut Imam Khomeini) dilahirkan pada 24 September 1902 atau pada tanggal 20 Jumadilakhir 1320.34 Tokoh Islam terkenal dari Iran yang telah menggulingkan rezim Syah Mohammad Reza Pahlevi dan mendirikan Republik Islam Iran melalui revolusi rakyat yang spektakuler pada Februari 1979.

Penambahan huruf 'i' di belakang namanya, khomeini, menunjukkan bahwa ia berasal dari kota Arak (Iran bagian tengah) yaitu Khomein. Sedangkan kata Ayatullah atau Ayatullah al-Uzma di depan namanya menunjukkan bahwa ia adalah seorang ulama terkemuka dalam masyarakat Syi’ah Dua Belas. Ini terlihat jelas dalam pandangan Imam Khomeini yang menempatkan kaum mullah sebagai pemegang otoritas tertinggi di bidang politik dan agama. Seperti diketahui, Iran adalah satu-satunya di mana sekitar 90% dari warganya menganut mazhab Syi’ah. Di samping itu, Iran juga menjadi satu-satunya negara di dunia ini yang sistem politiknya dibangun atas dasar ajaran Syi’ah, yang dikenal sebagai Wilayat al-Faqih (kepemimpinan kaum ulama).

Kehidupan Keluarga Imam Khomeini sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai keagamaan Islam yang kuat. hal ini disebabkan oleh garis keturunan keluarganya yang berasal dari keluarga Imam Mousa al-Kazim, seorang ulama besar di Neishapour. Khomeini ditinggalkan orang tuanya sejak bayi. Ibunya bernama Khanum, dan ayahnya bernama Sayid Mustafa Khomeini, seorang ulama terkemuka di kota Khomein. Ayahnya dibunuh oleh Dinasti Qajar yang tidak suka melihat Mustafa Khomeini menentang kekuasaan mereka.

Menginjak masa remaja, Imam Khomeini mampu mengingat beratus versi dari puisi-puisi yang berbeda-beda, baik puisi yang bertemakan keagamaan maupun puisi klasik. Di masa itu pula ia dapat membeda-bedakan makna puisi satu dengan yang lain. Imam Khomeini terkenal sebagai seorang yang amat bersahaja. Meskipun ia menjadi penguasa tertinggi di Iran, ia hanya menumpang di beberapa kamar yang terdapat pada husainiyyah (semacam surau di Indonesia) Jamaran, Teheran Utara. Pakaian sehari-harinya pun tidak lebih baik dari pakaian rakyat biasa. Hal itu dapat dipahami karena Khomeini adalah seorang zahid yang tidak suka pada kemewahan duniawi.

Selama masa remajanya ia juga menciptakan puisi-puisi bertema agamis, politik, dan sosial. Kumpulan puisinya diterbitkan setelah ia wafat, berupa tiga buah koleksi The Confidant, The Decaer of love, dan Turning Point dan Divan. Salah satu puisinya yang terkenal adalah “Mass of The Drunk”.

Imam Khomeini mengenyam pendidikan dasarnya dari beberapa guru dan pemuka agama di kotanya. Orang yang paling berjasa memberikan dasar-dasar pengetahuan agama kepadanya adalah kakak kandungnya sendiri, Ayatullah Pasandideh. Pada umur 19 tahun, Imam Khomeini melanjutkan pendidikannya di pusat pendidikan agama atau Hauzah Ilmiyah (istilah bagi pola atau metode pendidikan agama tradisional di lingkungan masyarakat Syi’ah, baik di Iran maupun di Irak, yang masih dipertahankan hingga kini) yang terdapat di kota Arak.

Imam Khomeini mengawali pendidikannya dengan menghafal al-Quran di maktab yang lokasinya tidak jauh dari rumah Mullah Abul-Qasim. Beliau manjadi hafiz pada usia tujuh tahun. Berikutnya, beliau belajar bahasa Arab dengan Syaikh Ja’far, salah seorang sepupu ibunya, dan menimba ilmu lain pertama-tama dari Mirza Mahmud Iftikhar al-‘Ulama, kemudian paman dari pihak ibunya, Haji Mirza Muhammad Mahdi. Guru logika pertamanya adalah Mirza Riza Najafi, iparnya sendiri. Terakhir, di antara instruktur beliau di Khomein yang pantas disebutkan adalah abang tertua Imam, Murtaza. Dia mengajarkan badi’ dan ma’ani dari kitab Al-Mutawwal karya Najm Al-Din Katib Qazvini dan tata bahasa serta sintaksis dari kitab-kitab Al-Suyuti.

Meski selama menempuh pendidikannya Imam Khomeini tidak melakukan aktivitas politik, tiga aktivitas yang dilakukannya yaitu belajar, mengajar, dan menulis dilandasi oleh keyakinannya akan bergeraknya aktivitas politik yang dipimpin oleh para ulama atau tokoh-tokoh agama yang memiliki banyak pengaruh di Iran. Di bawah kepemimpinannya, Imam Khomeini mempelajari ilmu fikih Islam bersama-bersama rekan-rekannya yang membantunya dalam menggulingkan Dinasti Pahlevi. Beberapa di antaranya adalah Ayatullah Mutahhari, Ayatullah Muntaziri dan beberapa murid yang masih muda, Hujatulislam Muhammad Javad Bahonar dan Hujatulislam Ali Akbar Hashimi-Rafsanjani.

Untuk dapat memahami sumbangsih beliau, kita harus mencamkan dua hal. Pertama, Imam Khomeini berasal dari suatu tradisi Syiah Islam yang sedari dulu menghindari kekuasaan duniawi, dengan keyakinan bahwa semua kekuasaan politik tidak sah pada masa kegaiban Imam Kedua Belas. Kedua, Imam Khomeini menaklukan seorang penguasa Reza Pahlevi, Syah Iran rekaan Barat yang rezimnya mencapai puncak kekuatan dan menikmati dukungan penuh dan tak terbatas dari kekuasaan Barat.


Karya Imam Khomeini

Imam Khomeini adalah penulis produktif, yang meliputi beragam tema Islam. Karya perdananya adalah Syarh (penjelasan dalam bentuk catatan kaki) kitab Ra’su Al-Jalut. Kemudian baliau menulis karya filsafat dalam bahasa Arab, yang berjudul Mishbah Al-Hidayah, pada usia 27 tahun. Dua tahun berikutnya, beliau menulis Syarh Doa Sahur. Tak lama berselang beliau menulis kitab Syarh 40 Hadits. Di antara karya-karya awal Imam adalah Syarh kitab Fuquk al-Hikam dan Miftah al-Ghaib, serta dua risalah berjudul Sirr ash-Shalah (Mi’raj as-Salikin dan Risalah Ath Thalab wa al-Iradah.

Namun demikian, karya pentingnya yang pertama adalah Kasyful Asrar, selama awal-awal beliau menjadi guru di sekolah Faiziyah Qom. Selain itu, di antara karya-karya awalnya terdapat pula kitab Hadist Junud Al-‘Aql wa Al-Jahl, yang merupakan syarh atas sebuah Hadist di dalam kitab Al-Kafi. Beliau juga menulis kitab Adab ash-Shalah, yang merupakan karya filosofis-mistis tentang ibadah shalat.

Sementara itu, karya penting pertamanya dalam bidang fiqih adalah Ar-Rasail, yang terdiri atas dua jilid, memuat isu-isu fiqih seperti ijtihad dan taklid. sedangkan Tahrir Al-Wasilah merupakan kitab fatwa –fatwa fiqihnya, yang mulai beliau tulis saat dalam pengasingan di Turki dan selesai saat diasingkan di Irak.

Pendirian Imam Khomeini dalam bukunya itu merupakan sebuah revolusi dalam pemikiran syiah, yang membuka jalan bagi Revolusi Islam Iran. Beliau menyebut teorinya itu sebagai Wilayat al-Faqih (kepemimpinan kaum ulama). Oleh karenanya, buku ini kerap disebut juga dengan istilah tersebut. Dia memuat 16 kuliah Imam di hauzah Najaf, antara 23 Januari hingga 10 Februari 1970, yang berisi argumennya bahwa fuqaha berkewajiban unuk memimpin, menjaga, mengawasi, dan berorientasi kepada negara Islam.

Ajaran-ajaran Khomeini dapat dijumpai dalam karya-karyanya. Bukunya yang berjudul al-Hukumah al-Islamiyah (Pemerintahan Islam) merupakan karyanya yang paling populer. Dari sini tertuang pandangan-pandangan Khomeini dalam bidang politik, terutama mengenai ide negara Islam yang berdasarkan prinsip Wilayat al-Faqih (kepemimpinan kaum ulama).

Diyah Rahma Fauziana-Izzudin Irsam Mujib, Khomeini dan Revolusi Iran, h.12-13.

Diyah Rahma Fauziana-Izzudin Irsam Mujib, Khomeini dan Revolusi Iran, h.19.

Ensiklopedi Islam 3 KAL-NAH PT. Ichtiar Baru Van Houve Jakarta, h.52-53.

Kamaluddin M. 2011. Gerakan Perempuan Di Republik Islam Iran Pasca Revolusi 1979. Skripsi (Dipublikasikan). Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah, Jakarta.

Koya A.R. 2019. Apa Kata Tokoh Sunni Tentang Imam Khomeini. Depok: Iiman.

Sihbudi R. 2007. Menyandra Timur Tengah. Mizan Publika. Jakarta.