Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Ontologi Dalam Filsafat Pendidikan

Secara etimologi, ontologi berasal dari bahasa Yunani yaitu on atau ontos yang berarti “ada” dan logos yang berarti “ilmu”. Sedangkan secara terminologi, ontologi adalah ilmu tentang hakekat yang ada sebagai yang ada (The theory of being qua being).

Objek telaah ontologi adalah yang ada. Studi tentang yang ada, pada dataran studi filsafat pada umumnya dilakukan oleh filsafat metafisika. Seperti yang dinyatakan Mulyadi Kartanegara bahwa ontologi diartikan sebagai ilmu tentang wujud sebagai wujud, terkadang disebut sebagai ilmu metafisiska. Metafisika disebut sebagai “induk semua ilmu” karena ia merupakan kunci untuk menelaah pertanyaan paling penting yang dihadapi oleh manusia dalam kehidupan, yakni berkenaan dengan hakikat wujud.

Mulla Shadra berpendapat "Tuhan sebagai wujud murni." Hal ini dibenarkan oleh Suhrawardi bahwa alam merupakan emanasi. Alam merupakan manifestasi (tajalli). Sedang Plato berpendapat bahwa cunia yang sebenarnya adalah dunia ide. Dunia ide adalah sebuah dunia atau pikiran univewrsal (the universal mind). Aristoteles tidak menyangsikan pendapat gurunya (Plato), hanya saja dia lebih percaya bahwa yang kita lihat adalah riil. Sedangkan Thales beranggapan bahwa sumber dari segala sesuatu adalah air. Kita tidak tahu pasti apa yang dimaksudkannya dengan itu, dia mungkin percaya bahwa seluruh kehidupan berasal dari air dan seluruh kehidupan kembali ke air lagi ketika sudah berakhir.


Aspek Ontologi
  • Metodis : Menggunakan cara ilmiah.
  • Sistematis : Saling berkaitan satu sama lain secara teratur dalam satu keseluruhan.
  • Koheren : Unsur-unsur harus bertautan tidak boleh mengandung uraian yang bertentangan.
  • Rasional : Harus berdasarkan pada kaidah berfikir yang benar (logis).
  • Komprehensif : Melihat obyek tidak hanya dari satu sisi/sudut pandang, melainkan secara multidimensional atau secara keseluruhan.
  • Radikal : Diuraikan sampai akar persoalan, atau esensinya.
  • Universal : Muatan kebenaranya sampai tingkat umum yang berlaku dimana saja.


Metode Ontologi

Lorens Bagus memperkenalkan tiga tingkatan abstraksi dalam ontologi, yaitu : abstraksi fisik, abstraksi bentuk, dan abstraksi metafisik. Abstraksi fisik menampilkan keseluruhan sifat khas sesuatu objek; sedangkan abstraksi bentuk mendeskripsikan sifat umum yang menjadi cirri semua sesuatu yang sejenis. Abstraksi metafisik mengetengahkan prinsip umum yang menjadi dasar dari semua realitas. 

Abstraksi yang dijangkau oleh ontologi adalah abstraksi metafisik. Sedangkan metode pembuktian dalam ontologi oleh Laurens Bagus di bedakan menjadi dua, yaitu : pembuktian a priori dan pembuktian a posteriori. Pembuktian a priori disusun dengan meletakkan term tengah berada lebih dahulu dari predikat; dan pada kesimpulan term tengah menjadi sebab dari kebenaran kesimpulan. Contohnya;
  • Sesuatu yang bersifat lahirah itu fana (Tt-P)
  • Badan itu sesuatu yang lahiri (S-Tt)
  • Jadi, badan itu fana’ (S-P)

Sedangkan pembuktian a posteriori secara ontologi, term tengah ada sesudah realitas kesimpulan; dan term tengah menunjukkan akibat realitas yang dinyatakan dalam kesimpulan hanya saja cara pembuktian a posterioris disusun dengan tata silogistik sebagai berikut:
  • Gigi geligi itu gigi geligi rahang dinasaurus (Tt-S)
  • Gigi geligi itu gigi geligi pemakan tumbuhan (Tt-P)
  • Jadi, Dinausaurus itu pemakan tumbuhan (S-P)

Bandingkan tata silogistik pembuktian a priori dengan a posteriori. Yang a priori di berangkatkan dari term tengah di hubungkan dengan predikat dan term tengah menjadi sebab dari kebenaran kesimpulan; sedangkan yang a posteriori di berangkatkan dari term tengah di hubungkan dengan subjek, term tengah menjadi akibat dari realitas dalam kesimpulan.

Lihat juga: Epistimologi Dalam Filsafat Pendidilan dan Aksiologi Dalam Filsafat Pendidilan


Kesimpulan

Ontologi merupakan analisis tentang objek materi dari ilmu pengetahuan. Berisi mengenai hal-hal yang bersifat empiris serta mempelajari mengenai apa yang ingin diketahui manusia dan objek apa yang diteliti ilmu.

Dasar ontologi pendidikan adalah objek materi pendidikan ialah sisi yang mengatur seluruh kegiatan kependidikan. Jadi hubungan ontologi dengan pendidikan menempati posisi landasan yang terdasar dari fondasi ilmu dimana disitulah teletak undang-undang dasarnya dunia ilmu.