Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Cinta dalam Islam Bukanlah Sebuah Kebebasan Tanpa Batas


Dalam kamus populer bahasa Indonesia, secara etimologi makna cinta sama dengan kasih-sayang dan rasa kasih, sehingga kata cinta dan kasih-sayang memiliki keterkaitan makna yang erat. Jika Allah mengasihi dan menyayangi hamba-Nya maka hamba tersebut akan mendapatkan cinta-Nya, jika orang tua mencintai anaknya, maka ia akan mengasihi dan menyayangi sang anak.

Dikutip oleh Taufiq DJ dalam buku Kenali Dirimu Sebelum Kau Berani Bermain Cinta, bahwa kata cinta dalam kamus bahasa Indonesia, selalu berdampingan dengan kata yang semakna dengan kata “sangat” yang menunjukkan betul-betul dan sungguh-sungguh, seperti sangat suka, sangat senang, sangat syang, sangat ingin dan lain-lain.

Di dalam Kamus Ilmiyah Populer, kata cinta disama-artikan dengan kata kasih-sayang, rasa kasih atau asmara, dengan lingkup.makna yang amat luas. Pemahaman manusia tentang cinta begitu mendalam dan hati mereka sangat gandrung kepadanya, maka sebutan untuk kata cinta sangatlah banyak sebagai ungkapan-ungkapan mereka yang menunjukkan bahwa mereka sedang merasakan cinta.

Menurut Ibnul Qayyim Al-Jauziyah, kata cinta (al-hubb), memiliki kata yang bersinonim sebanyak 50 kata atau bahkan lebih, diantaranya: al-mahabbah (cinta), al-alâqah (ketergantungan), al-hawâ (kecenderungan hati), ash-shobwah (kerinduan), ash-shobâbah (rindu berat), asy-syaghaf (mabuk kepayang), al-miqâh (jatuh hati), al-wajdu (rindu bercampur sendih), al-kalaf (beben/derita karena cinta), at-tatayyum (pemujaan), al-isyq (kasmaran), al-jawâ (yang membara), ad-danaf (sakit karena cinta), asy-syajwu (yang menyedihkan / merena), asy-syauq (rindu), al-khilâbah (yang memperdaya), al-balâbil (yang menggelisahkan), at-tabârih (yang memberatkan), as-sadam (sesal dan sedih), al-ghamarat (tidak sadar atau mabuk), al-wahal (yang menakutkan), asy-syajan (yang dibutuhkan), al-lâ’ij (yang memedihkan), al-ikhti’âb (yang membuat merana), al-washab (kepedihan), al-ariq (yang membuat tidak biasa tidur), al-hanîn (penuh kasih-sayang), al-futûn (cinta yang penuh dengan cobaan), ar-rasîs (gejala cinta), al-wudd (kasih yang tulus), al-khilmi (teman dekat), at-ta’abbud (penghamban), dan al-marhamah (perasaan sayang).

Pendapat lain menyebutkan bahwa kata al-hubb sebenarnya diambil dari kata habbatun, artinya benih. Atau pendapat lain mengatakan bahwa cinta berasal dari kata hubbun yang berarti penopang sesuatu, karena orang yang dimabuk cinta dapat menahan beban berat untuk sesuatu yang dicintainya, sebagimana penopang akan dapat menahan beban sesuatu yang ditopangnya. Dan satu hal yang perlu diketahui bahwa kata cinta dalam bahasa Arab mempunyai dua dialek, yaitu habba dan ahabba.

Kata lain yang bersinonim dengan kata al-hubb yang berarti cinta atau kasih-sayang adalah al-marhamah kata kerjanya adalah rahima, yang berarti perasaan sayang, meliputi pengertian cinta kasih, yang menimbulkan kekuatan untuk menahan amarah kepada sesuatu.

Kata rahmah atau rahmat adalah asal usul dari kata rahman dan rahim. Sedangkan rahmah itu sendiri berasal dari kata kerja rahima. Keduanya secara bersama atau terkadang secara sendiri-sendiri adalah bagian dari sifat-sifat Allah SWT.

Cinta adalah perasaan aneh yang merasuki jiwa setiap makhluk yang memberikan ia kekuatan tertentu dalam menciptakan karya-karya untuk dirinya dan makhluk disekitarnya, yang secara bahasa sering diartikan “amat suka” atau “sayang sekali”.

Menurut Ibnu Hazm yang dikutip oleh Khalid Jamal bahwa cinta adalah ungkapan perasaan jiwa, ekspresi hati dan gejolak naluri yang menggelayuti hati seseorang terhadap yang dicintainya. Ia terlahir dengan penuh semangat, kasih-sayang dan kegembiraan. Pada walnya cinta itu biasa lalu semakin menguat di dalam jiwa. Demikian lembutnya arti sebuah cinta sehingga tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata, dan cinta hakiki tidak dapat dimengerti kecuali dengan sebuah pengorbanan.

Menurut Anis Matta, cinta dan kasih-sayang itu sendiri berarti memberi, memperhatikan, merawat dan melindungi. Maka ungkapan dari “aku mencintaimu”, “aku mengasihi dan menyayangimu” adalah kata lain dari “aku ingin memberikanmu sesuatu”, yang ini juga berarti bahwa “aku akan memperhatikan dirimu dan semua situasimu untuk mengetahui apa yang kamu butuhkan untuk tumbuh menjadi lebih baik dan bahagia. Aku akan bekerja keras untuk memfasilitasi dirimu agar dapat tumbuh semaksimal mungkin, aku akan merawat dengan segala kasih sayangku proses pertumbuhan dirimu melalui kebajikan harianku yang akan kulakukan padamu, aku juga akan melindungi dirimu dari segala sesuatu yang dapat merusak dirimu dan proses pertumbuhan itu.

Cinta dalam Islam bukan sebuah kebebasan tanpa batas, bukan pula kemerdekaan tanpa sebuah tanggungjawab. Cinta merupakan metode pendidikan Ilahi yang terkait dengan emosi dan perasaan. Cinta itu membina moral dan menjinakkan insting. Cinta adalah ruh iman dan amal, kedudukan dan keadaan, yang jika cinta ini tidak ada di sana, maka tak ubahnya seperti jasad yang tak memiliki ruh.

Bentuk cintapun bermacam-macam, ada cinta kepada Allah, ada juga kepada manusia, bahkan ada juga cinta kepada tanah air, binatang, dan benda-benda tak bernyawa, tergantung dari makna kata cinta yang dimaksud. Cinta kepada manusia berbeda-beda. Ada yang kepada lawan jenis, pasangan suami isteri atau tunangan, kepada anak, ibu, saudara dan manusia yang lain. Yang beraneka ragam itu bermacam-macam pula. Ada yang cepat mekarnya cepat pula layunya, ada yang sebaliknya lambat mekar dan lambat pula layunya atau bahkan tidak layu, ada jug yang cepat tapi lambat layunya, inipun ada yang sebaliknya.

Kekuatan cinta seseorangpun bermacam-macam, demikian masa berlangsungnya. Ada yang tertancap di dalam sanubari, ada bagaikan pohon, yang akarnya terhujam ke bawah dan dipucuknya banyak buah. Cinta semacam ini dapat menjadikan si pecinta terpaku dan terpukau bahkan tidak lagi menyadari keadaan sekelilingnya karena yang dirasakan serta terlihat olehnya hanya sang kekasih. Ada juga yang hanya bertengger di permukan hati; seumur mawar, sekejap saja bertahan lalu layu, tidak mampu menahan rayuan pihak lain atau tidak sabar menahan deritanya.

Mereka yang berusaha menjelaskannya, menggunakan berbagai ungkapan bahkan bahasa. Ada yang menggunakan bahasa moral, ada juga dengan bahasa sosiologi, atau biologi, tapi tidak sedikit pula yang menjelaskan dengan bahasa filsafat atau tasawuf. Belum lagi bahasa pemuda yang sering berbeda pandangannya dengan pandangan orang dewasa yang berpengalaman, sehingga bermacam-macam penjelasan ditemukan dalam berbagai leteratur, termasuk leteratur keagamaan.

Secara umum orang berkata bahwa cinta adalah kecenderungan hati kepada sesuatu. Kecenderungan ini boleh jadi disebabkan lezatnya yang dicintai atau karena manfaat yang diperoleh darinya bisa juga lahir dari naluri pecinta seperti cinta ibu kepada anaknya, seorang anak kepada keluarganya, guru kepada muridnya, atau seorang hamba kepada Tuhan-Nya.

Perasaan cinta adalah dinamika jiwa yang tersimpan dalam hati seseorang berupa perasaan ingin selalu bersama dengan orang yang dia kagumi atau orang yang dia sayangi, menimbulkan semangat ingin selalu memberi, merawat, melindungi, serta memberikan pengorbanan dengan segenap kemampuan dan penuh ketulusan, dengan harapan ada pertumbuhan dan perkembangan di dalam jiwa orang yang dicintainya.

Pius A. Partanto dan M. Dahlan, Kamus Ilmiah…, hal. 89.

Ibnul Qayyim Al-Jauziyah, Taman Jatuh Cinta dan Rekreasi Orang-Orang Dimabuk Rindu, Penerjemah: Bahrun Abu Bakar Ihzan Zubaidi, (Bandung: Irsyad Baitus Salam, 2000), hal. 39-41.

Khalid Jamal, Ajari Aku Cinta(Renungan Cerdas Menggapi cinta sejati), Penerjemah: Budiman Mustofa, (Surakarta: Ziyaad Books, 2007), hal. 16.

Anis Matta, “Mencintai itu Keputusan”, Majalah Tarbawy, edisi 101, Februari 2005. hal. 72.

Mahmud Bin Asy-Syarif, Al-Qur’an Bertutur…, hal. 26. M.

Quraish Shihab, Pengantin Al-Qur’an…, hal. 24-25