Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Filosofi Mahasiswa


Secara harafiah Mahasiswa diartikan manusia yang tidak hanya terdaftar dan belajar di perguruan tinggi (PT), kuliah di kelas dan menghafal apa yang dikatakan dosen, tetapi jauh dari itu mahasiswa adalah manusia yang diharapkan menjadi pelopor bagi kemajuan dan penopang keberlangsungan hidup di masyarakat.

Filosofi Mahasiswa artinya apabila telah mampu untuk melakasanakan perubahan, pembaharuan dan perbaikan di berbagai bidang kehidupan, sebagaimana tokoh yang dianggap sebagai pemikir modern Rene Descrates (1509–1650) menegaskan bahwa “rasio manusia dapat memahami alam semesta dan melakukan perbaikan untuk kesejahteraan manusia”. Dalam hal ini, nilai ideal yang bisa kita kutip dari Rene Descrates adalah seorang Mahasiswa telah mampu melakukan suatu gerakan maka itulah yang dinamakan mahasiswa seutuhnya.

Selain itu, sebagai mahasiswa berbagai macam lebel pun disandang, ada beberapa macam label yang melekat pada diri mahasiswa, misalnya: Agent Of Change, agent perubahan, Iron Stock, sumber daya manusia dari mahasiswa itu tidak akan pernah habis, Social Control, pengontrol kehidupan sosial yang pada masyarakat. Apakah Mahasiswa yang sekarang telah melaksanakan tanggung jawabnya secara utuh? Jawabannya tentu tidak, seperti yang di katakana oleh Soekarno bahwa “Berikan aku 10 pemuda, maka aku akan mengguncang dunia”.

Kenyataannya, sungguh sangat mencengangkan bukan pemuda yang mengguncang dunia melainkan dunia yang mengguncang mahasiswa. Penulis sengaja menggunakan istilah “dunia mengguncang mahasiswa”, karena melihat kondisi sekarang ini tidak sedikit mahasiswa yang mengalami disorientasi.

Mahasiswa hari ini seolah-seolah kampus dijadikan untuk mengejar ijazah, memburu gelar, dan karier, bukankah makna agent of change sebagai pejuang untuk kepentingan umum, kepentingan rakyat. Dimana martabat sebagian mahasiswa hanyalah sekumpulan robot. Mengikuti perkuliahan setelah itu pulang ke kos, malamnya mereka habiskan untuk begadang yang tidak jelas. Besok begitu, lusapun demikian.

Bukankah seorang Mahasiswa sejati konsisten memperjuangkan cita-cita luhur bangsa ini? Bukankah bagi mereka yang mengaku sebagai pejuang sejati tegak berdiri di atas prinsip perikemanusiaan dan keadilan serta secara jujur dan berani menyampaikan kritik-kritikannya atas dasar kemajuan bangsa.

Mahasiswa tidak sadar akan tanggung jawabnya sebagai generasi perubahan atau yang akan mengubah dunia. Mahasiswa yang telah menghabiskan pundi–pundi emas keluarganya namun tetap belum bisa merubah tingkat kognisi dan pemikirannya sehingga ketika Ia pulang tidak membawa perubahan apa pun untuk dirinya lebih lanjut untuk masyarakatnya.

Yang lebih mengherankan justru malah banyak mahasiswa yang menambah daftar permasalahan kehidupan di masyarakat dengan berperilaku yang tidak sesuai dengan norma dan aturan masyarakat, bangsa dan negara. Seks bebas, narkoba, demo anarkis dan lain-lain tidak lepas dari perilaku negatif mahasiswa hari ini. Fakta yang sekarang yang kita bisa lihat kebanyakan mahasiswa yang lulus di perguruan tinggi itu tidak sesuai minat dan bakatnya, jadi memang susah bagi mereka untuk mempelajari pelajaran yang tidak sesuai minatnya.

Hal ini diindikasikan karena sebelum mendaftar di kampus tidak sedikit calon mahasiswa yang memilih jurusan tidak sesuai dengan bakat dan minatnya, mereka sekedar mendaftar kuliah karena ikut-ikutan sama teman, memilih jurusan yang terkenal, kuliah karena tidak diterima polisi, sehingga selama perkuliahan sama sekali tidak bertanggung jawab sebagai mahasiswa yang seutuhnya. Seperti yang katakan oleh Soe Hok Gie bahwa “Stimulus dan selera menjadi faktor yang sangat berpengaruh pada pemikiran seseorang. Belajar tanpa selera tidak akan berhasil”

Solusi bagi Mahasiswa yang sekarang ini!

Kita sebagai Mahasiswa juga harus belajar dari perjuangan gerakan mahasiswa pada masa sebelumnya. Kenapa perjuangan dan pengabdian mesti menjadi sesuatu yang mutlak sifatnya? Karena sejatinya manusia itu adalah khalifah. Seorang khalifa sejati adalah mereka yang berfikir apa yang telah dirinya berikan kepada bangsa dan negara.

Paradigma berfikir semacam itu hanya sanggup dijalankan oleh mereka yang arif dan tidak picik pikirannya, yakni mereka yang peduli dan mendahulukan kepentingan bangsa dan negara diatas kepentingan dirinya sendiri. Evangeline Booth mengatakan bahwa “Bukannya seberapa banyak tahun yang telah kita jalani yang membuat hidup berarti, tapi apa yang kita lakukan dalam tahun-tahun tersebut. Bukannya apa yang kita terima yang bermakna, tetapi apa yang kita berikan untuk orang lain.

Dengan kata lain mahasiswa ialah bukannya apa yang berikan kepada bangsa yang bermakna, tapi apa yang kita terima dan apa yang kita nikmati yang jauh bermakna. Penulis sadar betul perannya sebagai salah seorang mahasiswa, sehingga terpanggil untuk mengajak seluruh kawan-kawan seperjuangan kembali merefleksi peran sebagai mahasiswa minimal melalui tulisan, perubahan besar selalu diawali dari hal yang kecil. Karena bagi penulis, siapapun yang dengan gagah berani memperjuangkan Indonesia maka kalian adalah saudaraku.

Hidup Mahasiswa!!!
Hidup Rakyat!!!


Penulis: Muh. Rheza Aditya