Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Relatifisme dan Nilai Kebenaran


Nilai kebenaran bagi manusia menjadi sesuatu yang relatif. Tapi sesungguhnya kebenaran itu punya nilai ukur yang sanggat sederhana. Sebagai mahluk alternatif yang diciptakan untuk memilih kita harus mampu mencari nilai yang sederhana tadi, bukan hanya karna kita berbeda lalu itu di anggap sebuah rahmat darinya.

Jangan heran hari ini kebenaran itu menjadi sangat relatif, tidak punya bobot dan nilai apa-apa. Egosentris manusialah yang muncul dalam mengambil sebuah keputusan. Bukankah rancangan dan kepastian sudah tampak di depan kita, dan kita harus memilih lewat data dan informasi sejarah yang di sajikan orang-orang terdahulu.

Dimana ada manusia yang memilih menjadi baik dan ada juga manusia yang memilih menjadi jahat. Inilah peredaran hidup. Tingkahlaku perbuatan baik dan buruk itu terulang semenjak manusia pertama dimuka bumi sampai kita saat ini, hanya saja dilakukan oleh wajah yang berbeda. Informasi menentukan gerak hidup manusia, dimana saja kita berbaur dan ilmu apa saja yang masuk maka itulah yang akan mengiring arah kehidupan kita.

Mereka teriak-teriak kamilah orang yang beriman dimuka bumi dengan banganya mepertontonkan tata cara dan gerak hidup menurut egosentris mereka, padahal ukuran yang sederhana itu adalah kalau hari ini kita bisa makan, kita pastikan juga orang lain bisa makan seperti yang kita makan. Kalau kita bahagia orang lain juga kita buat bahagia.

Pada intinya tidak ada orang kenyang diantara orang lapar dan tidak ada orang lapar diantara orang kenyang. Tidak ada orang yang kaya dianatara orang miskin begitu sebaliknya. Bagaiakan satu tubuh, jika satu merasa meriang atau sakit maka semua merasakanya.


Penulis: Aikal Pohontu