Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Liberalisme, Sosialisme, Go To Hell.

Foto: Haikal Pohontu
Tidak lagi tedengar wacana-wacana yang hangat seperti dulu lagi dikalangan mahasiswa. Sepertihalnya terjadi di ankatan senior-senior mereka, kini mereka dalam puncak hedonis yang begitu memilukan. 

Kampus-kampus tidak lagi di penuhi oleh diskusi hangat tentang tokoh dan pemikir seperti dulu lagi. Mereka kini yang berteduh dibawa pohon kampus, kantin kampus lagi asik membicarakan idola mereka, terutama filem korea. Ada yang asik membicarakan game COC. Tapi ada yang lebih sibuk lagi dengan tugas kampus, mereka takut kalau tidak membuat tugas yang di berikan dosen. 

Akhir-akhir ini NKK dan BKK lebih dipetajam lagi. Ini yang membuat mahasiswa tidak lagi melihat situasi sosial yang ada waktu tenaga mereka terkuras untuk membuat segudang tugas yang diberikan oleh dosen.

Ada yang lebih para lagi, mahasiswa yang terjun dan mengeluti pemikiran yang ada di berbagi organisasi, sebagai seorang aktifis yang haus akan ilmu pengetahuan semua pemikiran disikat habis mulai dari pandangan dunia barat yang liberal dan dunia timur yang kolektif, semua dipelajari. Mulai dari filsafat, tasauf dll. 

Ketika selesai dari dunia kampus, mendapatkan gelar akademik sebagai seorang sarjana, dan terkenal diberbagai organisasi karna kematangnaya dalam mempelajari ilmu pengetahuan dengan banganya ketika mencari pekerjaan tidak susah lagi karena waktu mahsiswa menjadi seorang aktifis, dengan kenalan yang begitu banyak dan modal pengetahuan yang dimiliki.

Tapai sangat disayangkan dengan segudang ilmu yang didapatkan tidak mampu merubah tatanan dunia yang suda seperti ini. Disinilah seorang aktifis diuji apakah akan tetap idealis atau masuk kedalam pergulatan dunia yang begitu keras.

Mereka tidak sadar apa yang mereka pelajari hanyalah hasil prodak yang sudah kadalwarsa dari barat yang dibuang kenegara yang baru berkembang. Entah itu liberal ataupun sosialis.

Liberalisme dan sosialisme, Go To Hell. Buang ajah ke neraka. Mereka tidak sadar bahwa pandangan hidup atau ideologi sebelum dijadikan sebagai dasar pemikiran akan di adakan dulu percoban dan masa percobaan satu ideologi adalah 50 tahun. Artiya, satu ideologi yang di coba akan menghancurkan satu generasi.

Kita lihat saja liberal sudah ratusan tahun dijadikan percobaan begitu pun dengan sosialis tapi hasilnya adalah kesengsaraan yang di dapatkan oleh umat manusia diseluruh dunia. Untuk kalangan aktifis di indonesia kedua pandangan ini di pelajari, tapi apa hasilnya baik senior maupun junior tidak bisa dan belum mampu memperbaiki keadaan bangasa. Padahal kalau kalian ingin berhasil untuk berjuang dalam hidup dibutuhkan 4 faktor saja :
  1. Harus ada dasar yang berisi satu doktrin yang asas pendirianya tidak disansikan lagi benar dan salahnya sudah teruji secara ilmiah.
  2. Harus ada tujuan yang jelas berdasarkan doktrin
  3. Harus ada organisasi
  4. Harus ada mangement

Penulis:  Aikal Pohontu